Orang yang Tepat, Bukan yang Sempurna (?)

Hi Dhian, 2018-


“Berusahalah menjadi orang yang tepat, bukan orang yang sempurna. Sebab tepat berarti terbaik sementara sempurna belum tentu” – Kak Alwa, Entrepreneur

Bercerita sedikit tentang kisah pribadi saya. Well, saya mulai mencintai membaca buku motivasi ketika remaja. Kala itu ayah menghadiahkan buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong, ketika saya ngambek. Giving a gift adalah cara ter-sweet-nya ayah untuk membujuk anak gadisnya ini.

kala itu saya mulai move mengganti pilihan buku bacaan ke buku fiksi yang lebih tepat dibanding koleksi novel2 remaja saya. Kala itu, saya sudah mulai berfikir untuk terus mengonsep hidup. Lewat buku genius learning education, saya pun mulai memetakan diri saya mau jadi apa ditahun ini, saya harus melakukan apa, 5 tahun kedepan kira-kira bagusnya gimana yaa?

Tibalah ditiap penghujung tahun, ritual yang tak pernah saya lewatkan “menulis resolusi”. Ini salah satu cara saya memetakan hidup. Terkenal statis memang, tapi itu cukup membantu saya menentukan arah jalan tujuan saya. Meski sebagian orang mengacaukan terkadang, katanya kalau kamu memetakan hidup, hidupmu akan berjalan gitu2 aja, gak dinamis ngikutin jaman.

saya menghargai pendapatnya sebab ada benarnya. Sebab semua orang punya presepsi masing2 yang gak akan bisa saya ubah. Biarlah kita berjalan berdampingan. Saya bisa mencuri ilmu dinamisnya kamu untuk berkembang dan kamu bisa mencuri ilmu statisnya saya agar hidup tak menjauhi koridor. Tapi semua cerita itu dulu.

Saya ingat betul ketika itu, saya harus menikah diumur 19 tahun :’) lulus sekian tahun dan ditahun yang kesekian saya harus sudah kerja. Kemudian saya juga sempat menulis ditahun 2XXX harus sudah ada gebrakan yang saya ciptakan.

Dan apa yang saya tuliskan 50%nya bisa sih berhasil saya capai. Sisanya? Berakhir TANPA penyesalan. Kenapa? Sebab saya gak bener2 inginkan dan butuh. Dan menyadari Bahwa DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal)nya saya gak saya maksimalkan. kata ustadzah: yang kamu pengenin tapi kalau ditiap sujud kamu gak minta dan memohon Allah, sama aja boong. Ya begitulah kira-kira.

Tinggal di lingkungan berbeda automatic merubah cara berfikir saya. Dhian yang dulunya begitu teratur, disiplin dan do the best every second time - sekarang tak lagi begitu. Barangkali saya yang sekarang adalah seorang yang menerima tanpa memaksa.

Prespektif saya kali ini tidaklah yang utama di tulisan ini. Saya hanya ingin membagikan secercah tulisan melalui rangkaian seminar 'Wanita Karir Jaman Now' yang saya ikuti, yang dititip Allah melalui Perempuan-Perempuan Hebat.

1). Kak Alwa, Seorang entrepreneur dengan keribadian yang luar biasa. Singkatnya dia bercerita bagaimana ia merancang hidup. Baginya mindset pemudi selama ini sering keliru mengenai “berusaha bertahan hidup tidak berusaha untuk merancang hidup”. 

Saya rasa ini benar. Selama ini as a student, our parents always gave us money that we called “uang jajan” dan seberapapun uang yang dikasi ya kita hanya sekedar berusaha bertahan dengan itu. Kita lupa bahwa kita bisa merancang hidup dengan uang yang diberi. Dengan memanfaatkan tiap kesempatan yang ada. Contoh ikutin dah lomba2 yang menghasilkan. So ladies mulai sekarang pikir mau investasi apa buat 5 tahun kedepan? Jangan hanya berfikir saya hidup untuk diri saya, namun cobalah berfikir saya hidup untuk orang tua dan negara.

2). Kedua saya bertemu dengan dosen fakultas ekonomi dan bisnis untan, sekaligus istri seorang ustad. Dia bercerita bagaimana kesibukannya. Sejalan dengan profesinya ia begitu menekankan bagaimana wanita harus pandai memanage waktu dan peran. Harus mengerti ketika dirumah harus bagimana dan ketika di masyarakat harus bagaimana.  Selain itu dia menjelaskan apapun yang kita lakukan, cintai. Cintai dan cintai. Sebab dari cinta maka lahirlah sesuatu yang menabjubkan. Dari cinta kamu akan menemukan passion kamu. Sekalipun jatuh -berhenti menganggap itu sebagai kegagalan anggap itu sebagai proses untuk berhasil.

3). Next saya mendengar cerita dari seorang Dokter yang tak kalah luar biasa. “kita harus mencari apa yang kita suka” ujarnya. Ia sebelum menjadi dokter pernah menekuni dunia wirausaha namun ia gagal. Kemudian ia mulai menganalisa. Ia mencintai hubungan social dengan masyarakat. Sehingga ia memilih untuk menjadi dokter. Kenapa? Sebab dokter bisa berbagi ke masyarakat tanpa perlu berfikir bagaimana cara agar masyarakat datang, sebab ketika ia butuh ia akan datang.

4). Terkahir wanita yang luar biasa ini adalah  seorang istri bupati sambas. “menjadi seorang istri bupati bukan cita-cita saya” ujarnya. Ia sempat mencita-citakan menjadi dokter namun bukan takdirnya. Kemudian ia memilih kuliah jurusan bahasa arab dan memiliki tujuan bagaimana ia harus memperluas dakwah. Ia jadikan diri sebagai model kebaikan sehingga banyak yang mencontoh. Ia bergerak untuk menghasilkan kebaikan dan menerima semua takdir Allah atas dirinya dengan ikhlas. Kemudian ia menegaskan sebagaimana pun karir wanita diluar, utamanya tetap dirumah bersama keluarga. 

___

Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya. Karena berbuat kebaikan akan kembali pada diri kita. 

Seorang syekh bintang 3 restoran prancis akhirnya harus lengser dan terlempar menjadi chef anak sekolah. Ia harus menyiapkan 300 makanan bergizi dengan uang yang terbatas. Ia melakukan studi kasus ketika makanan banyak yang tersisa. Akhirnya ia harus berfikir keras bagaimana agar anak2 suka dan tidak menyisakan makanan, akhirnya ia merubah pola pikirnya untuk BAGAIMANA SAYA MENYEDIAKAN bukan SEKEDAR MENYEDIAKAN. Jadi apapun yang dikerjakan  tunjukkan dengan sungguh-sungguh maka kualitas kita akan terlihat.

Man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh2 dia akan berhasil. Kita harus menerima bagian dari takdir sebab tidak semua ikhtiar Allah jawab.

Jadilah manusia yang tepat bukan sempurna. Tepat berarti terbaik namun sempurna belum tentu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempe bukan sekedar Makanan, melainkan Warisan Indonesia (?)

Letting go: