Karena Terang Tak Selamanya Menyejukkan

Hidup ini terlalu puitis, jika semua yang dirasa harus dituang,..
Cerita ini terlalu biasa bila hanya tertuang lewat alunan jari jemari yang menyisakan goresan…
…..

To you my best friend


Ingatkah engkau beberapa waktu silam? Dimana cinta dan cita-cita hadir mengisi relung hati ini. Pada Ia sang pemilik langit dan Bumi, sang penguasa diatas para penguasa, kita selalu panjatkan untaian do’a yang tiada pernah putus. Terus mengalun indah menyisakan cahaya sebenar-benarnya cahaya?

…..

Dahulu, Kau tak pernah berhenti mengajak ku benanjak dari duduk diam ku menuju rumah-Nya, Untuk sekedar untuk memohon, mengadu dan mengaduh agar sesuatu dapat dengan lancar kita raih..

…..

Hari berganti hari, detak-detik waktu yang tak pernah memadamkan iramanya bak jantung yang selalu memompa darah. Takjub rasanya. Melihat engkau maju. Selangkah lebih maju. Lagi. Lagi dan lagi. Walau tak semua menerima perubahan kontras itu, memang. Namun bagiku tak ada alasan untukku menolaknya. Kau memancarkan auramu. Menjadikan dirimu tampak beda. Tawa yang tak lagi terbahak-bahak, perilaku dan ucapan yang mulai kau jaga. Lebih banyak diam. Lebih sering membantu Ibumu dirumah. Lebih senang ke masjid. Dan kau Senang memberi motivasi.

…..

Sewaktu-waktu, Aku pernah berada dalam keabu-abuan. Disaat itu kau hadir. Selalu hadir. Tak pernah absen untuk mendengar ocehan kecil dari mulut nakal yang terkadang tak lagi terkendali dan sulit berhenti. Kau sanggup terus-terusan berada disini. Disamping tubuh lemah ini. Mendengar. Mengangguk. Kadang Senyum. Kadang marah. Kadang cuek. Kadang dingin. Kadang malah ikut-ikutan menjadi kompor diatas api.

…..

Seketika dikala keabu-abuan mulai menjadi hitam pekat menyerang tepat dikedua bola mata, disaat itu pula kondisi buruk mulai menyerang, emosi mulai tidak stabil, diri mulai berontak, kau hadir. Lagi lagi hadir. Menggapai jari-jemari ini membawaku pada tempat yang lebih terang. Sebut saja itu awan putih. Pada awan itu kau beriku sebuah buku “La Tahzan”, sebuah buku milik Ibumu. Katamu ‘Buku ini bagus untuk kau baca’

…...

Singkat cerita. ulangan akhir selangkah mendekati kita. Semua sibuk. *****? Ingatkah kau akan itu? Dikala anak-anak mulai ribut memperdebatkan, dimana itu menjadi langkah perseteruan yang panjang. Via text kita bahas ini. Lewat sebuah grup milik kita “ELO”. Ada yang egois tak ingin kalah, ada yang merasa paling benar, ada yang marah karena tak direspon, dan ada banyak tingkah-tingkah lainnya. Selaku ketua kelas kau hadir memberi argumen. Namun argument itu malah membuat suasana pecah. Hadirmu menyambukan tawa yang seketika membuat orang lain tercengang. Lucu memang. Semoga kau ingat. Kau berkata “Lebih baik kita ikhtiar dulu”. MasyaAllah..  

…..

Pernah seketika dibawah langit berselimutkan malam kita bercengkrama hangat didepan muka rumahmu. Ntah apa yang dibicarakan. Aku pun tak lagi mengingatnya. Namun momen itu dirindukan. Menjadikan rumah mu sebagai tempat terbaik untuk bersantai dikala malam. Yang membuat tenang dan membawa kedamaian.

…..

Aku tak ingin bilang aku rindu, cukup kau yang menilainya. Dahulu, cerita-cerita mulai dari cita hingga cinta kau ceritakan padaku. Seakan tak ada batasan dalam mengetahui siapa kau dan siapa aku.

…..

Momen ketika duduk bersama. Berbagi cita. Berbagi duka. Kita lalui bersama. Sosok mu sudah ku anggap keluarga dalam hidupku. Sesosok yang selalu menolong tanpa henti. Selalu memberikan arti hidup yang sebenarnya

…..

Maafkan jika mulut ini terlalu lancang. Tubuh ini terlalu energik untuk melarang mu melakukan hal bodoh. Maafkan jika tangan ini pernah mencuri ataupun menyembunyikan benda berkomposisikan tembakau dari sakumu. Maafkan jika tangan ini kadang terlalu nakal untuk tak berhenti mengusikmu. Bahkan telapak tangan ini sempat menggampar reflex pipimu. Maafkan segalanya. Aku yakin kau dapat menilai itu semua. Kau dapat menilai segala alasan yang ada dalam benakku. Karena apa.

…..

Dikala proses berubahmu, sempat pula engkau membuatku shock bukan main. Sempat kau lontarkan kata-kata persahabatan yang membuat jantungku berhenti berdegup seketika. Ntahlah kau ingat atau tidak. Namun ku harap ingat.

…..

Pernah juga suatu ketika kau berkata “kebanyakan 5 titik hitam mampu menghitamkan 1 titik putih, tapi Aku akan berusaha bagaimana membuat 5 titik hitam ini ikut menjadi putih bukan sebaliknya”. Jika kau lupa. Mohon analisis kata ini. Ingat betul-betul bagaimana engkau dulu.

…..

Sempat, atas bimbingan guru agama terbaik yang kini telah mendahului kita semua, kau berjalan lebih terarah. tetap amanah. Kau mampu menjadi pengarah. Kau mampu meredam amarah. Kau mampu menjadi kiyadah.

…..

Selang banyak waktu, hari demi hari waktu demi waktu, kau kembali. Kembali pada sosok dirimu yang semula. Kau berjalan kembali ke masalalu. ‘rasa kehilangan’ itu yang teramat dalam kurasa. Ketika pelepasan siswa kelas (re : perpisahan) kau tak lagi sama. Ingin rasanya kembali menggenggam raga yang melayang, namun apa daya hanya khayalan.

…..

Bukan tak menerima. Hanya saja rindu.

…...

Kau terlalu berharga dalam hidup ini. Rasaku kau tak lagi asing. Kau sahabat, kau keluarga, kau abang. Segalanya kau punya. Ada satu hal yang ingin ku katakan. ‘Yang sebenar-benarnya teman tak kan meninggalkanmu sendiri”. Ingat itu. Kita akan selalu ada. Jangan sungkan datang ketika susah. Jangan pelit berbagi ketika senang. Sebab bahagia mu bahagia kami. Dukamu duka kami pula.

…..

Walau kadang dunia ini terasa keras, namun percayalah bahwa Ia sang pencipta tak pernah berhenti memantaumu. Jangan pernah tinggalkan Ia. Tunaikan wajibmu. Persembahkan do’a-do’a terbaikmu untuk Ibu-Bapakmu, untuk Adik-adikmu, untuk keluarga, serta untuk sahabat jika perlu. Jangan pernah berhenti mengucap syukur ketika nikmat menyapa. Jangan pula menyalahkan-Nya jika apa yang kau ingin tak kau dapat. Sebab “Apa yang kau sangka baik belum tentu baik untukmu dan apa yang kau sangka buruk belum tentu buruk untukmu”.

…..

Selaku seorang anak sudah selayaknya kita harus membahagiakan mereka yang penuh harap akan keberhasilan. Namun jika pun kita tidak mampu melakukannya sekarang, cukuplah melakukan apa yang kita bisa. Hal kecilnya adalah dengan mendoakan, berbakti kepada mereka. Dan ingatlah jangan biarkan mereka terjerumus dalam panas nya kehidupan yang sebenarnya kelak. Jangan bawa mereka pada dosa yang tak pernah mereka perbuat.

…..

Engkau yang baik, engkau yang care kelaknya akan menjadi seorang pemimpin. Pemimpin untuk keluarga kecilmu kelak. Maka dari itu berlatihlah mulai dari sekarang agar kelak kau mendapat kebahagiaan yang hakiki. Bawalah keluarga kecilmu serta ibu bapakmu ke-Surga-Nya. Bangunkan bagi mereka istana yang luar biasa nyamannya.

…..

Tak bermaksud menggurui. Hanya sekedar berbagi. Aku pun sama. Masih mencari segenap pengharapan agar keluarga ku bisa bahagia. Mulai dari hal kecil ku perbaiki. Segalanya semata-mata ku persembahkan untuk mereka. Terlebih untuk seorang Ayah yang masih menanggungku. Bayangkan saja jika tak ku mulai perubahan ini, maka akan sampai mana ku bawa beliau menuju kesalahan yang bahkan tak ia perbuat. Sederhananya penjelasannya seperti ini “satu langkah saja seorang anak perempuan keluar rumah tanpa menutup aurat, maka satu langkah pula Ia mendekatkan ayahnya ke neraka”. Naudzubillahiminzalik.. walaupun senyum bahagia belum terukir sempurna dibibir mereka, tapi setidaknya aku berusaha menjaga mereka dari panasnya api neraka.

…..

Selaku sahabat, apapun yang kau perbuat jika itu baik akan ku support. Dan yang tak baik agak sedikit ku permasalahkan. Mohon jangan risih. Sebab aku menginginkan kau baik, menjadi baik, selalu baik, selamanya baik. Aku tak ingin kau rusak. Sebab kau bukan orang asing. Layaknya seorang abang itulah engkau dimataku.

…..


“karena kita tidak akan meninggalkan kamu”



With Love : Your Friend

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempe bukan sekedar Makanan, melainkan Warisan Indonesia (?)

Orang yang Tepat, Bukan yang Sempurna (?)

Letting go: