Postingan

Orang yang Tepat, Bukan yang Sempurna (?)

Hi Dhian, 2018- “Berusahalah menjadi orang yang tepat, bukan orang yang sempurna. Sebab tepat berarti terbaik sementara sempurna belum tentu” – Kak Alwa, Entrepreneur Bercerita sedikit tentang kisah pribadi saya. Well, saya mulai mencintai membaca buku motivasi ketika remaja. Kala itu ayah menghadiahkan buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong, ketika saya ngambek. Giving a gift adalah cara ter-sweet-nya ayah untuk membujuk anak gadisnya ini. kala itu saya mulai move mengganti pilihan buku bacaan ke buku fiksi yang lebih tepat dibanding koleksi novel2 remaja saya. Kala itu, saya sudah mulai berfikir untuk terus mengonsep hidup. Lewat buku genius learning education, saya pun mulai memetakan diri saya mau jadi apa ditahun ini, saya harus melakukan apa, 5 tahun kedepan kira-kira bagusnya gimana yaa? Tibalah ditiap penghujung tahun, ritual yang tak pernah saya lewatkan “menulis resolusi”. Ini salah satu cara saya memetakan hidup. Terkenal statis memang, tapi itu cukup membantu saya menentukan...

Letting go:

We talk to ourselves too often, looking for something inside us. So that we see ourselves as a complete human being. not half a human being anymore who must be complete. We are in the stage of wanting to meet a complete human being like us. So that we can face the world together not to complement each other anymore.  In Islam, we recognize something equal called "sekufu". everyone has their own criteria and there is nothing wrong with it. It is important to feel complete so that we don't try to find perfection in someone. We will be stupid for loving someone. yet that doesn't mean forever stupid. You deserve a man who gives the best part of himself. If you meet someone effortless, tell him: I still like you, but I left you. The feeling is still there but the effort is no longer there. Remember one thing, we have the power to leave.  Let's dare to leave the untitled story, the story that doesn't even put us as any character. Let's dare to leave with a littl...

Tempe bukan sekedar Makanan, melainkan Warisan Indonesia (?)

Filosofi Tempe: "Peternakan" Masa Depan dalam Sebutir Kacang "Tempe bukan sekadar makanan, tapi warisan teknologi pangan yang bakal menyelamatkan kita dari krisis pangan dunia." Sebagai penikmat tempe, saya ingin mengajak kalian melihat makanan ini dari kacamata Amadeus Driando . Di saat anak muda lain sibuk membangun startup di bidang fintech atau AI, Ando sdoktor muda kelahiran 1992 yang tumbuh di keluarga ilmuwan pangan justru mendedikasikan hidupnya untuk berinovasi pada: Tempe. Dari Istana ke Ketidaksengajaan yang Jenius Jejak tempe sebenarnya sudah terekam sejak tahun 1600-an dalam Serat Centhini . Alkisah, Pakubuwono IV saat masih menjadi pangeran sempat berkunjung ke Desa Bayat, Klaten-tempat kakek Ando lahir. Di sana, ia disuguhi sambal tumpang atau lethok . Bayangkan, 400 tahun lalu tempe adalah hidangan mewah bagi tamu kehormatan, dan menariknya, dulu tempe aslinya dibuat dari kacang hitam. Konon, tempe lahir dari "ketidaksengajaan". Nenek moy...

Karena Terang Tak Selamanya Menyejukkan

Hidup ini terlalu puitis, jika semua yang dirasa harus dituang,.. Cerita ini terlalu biasa bila hanya tertuang lewat alunan jari jemari yang menyisakan goresan… ….. To you my best friend Ingatkah engkau beberapa waktu silam? Dimana cinta dan cita-cita hadir mengisi relung hati ini. Pada Ia sang pemilik langit dan Bumi, sang penguasa diatas para penguasa, kita selalu panjatkan untaian do’a yang tiada pernah putus. Terus mengalun indah menyisakan cahaya sebenar-benarnya cahaya? ….. Dahulu, Kau tak pernah berhenti mengajak ku benanjak dari duduk diam ku menuju rumah-Nya, Untuk sekedar untuk memohon, mengadu dan mengaduh agar sesuatu dapat dengan lancar kita raih.. ….. Hari berganti hari, detak-detik waktu yang tak pernah memadamkan iramanya bak jantung yang selalu memompa darah. Takjub rasanya. Melihat engkau maju. Selangkah lebih maju. Lagi. Lagi dan lagi. Walau tak semua menerima perubahan kontras itu, memang. Namun bagiku tak ada alasan untukku menolaknya...